Nataslabar.com – KAU BEGINI AKU BEGITU
Selamat Tuan rembulan
Yang perkasa memeluk bintang
Diremang malam, akulah puan mentari
Titisan Melayu hangatnya gigilmu
Hingga terik membakar api
Kau alirkan segala riak yang terasa
Seiring debat mengiringi nyata
Dan aku menanti dengan gejolak riang
Menyambut indah pelukan
Kau, terseyum lebar mengembang
Akupun rak sanggup untuk memandang
Katamu, aku adalah aku adalah Bunga rekah
Yang manja
Kataku, kau adalah lebah lapar yang mengoda
Jika engaku mendakati cinta yang kupunya
Maka aku akan membuka hati untuk
Selamat tidur kekasih
Semoga indah tak sebatas angan-anganku
Jika engkau begitu mencintai ku
Maka, sungguh akupun begitu
Menyukaimu
NDEL,18 November 2022
Baca juga:Rakus, Puisi-Puisi Kasianus Roin
Indahnya Tanah Airku
Layaknya seperti seorang ibu
Yang melahirkan banyak generasi
Begitulah pula dengan tanah airku Indonesia
Tanah yang penuh sejarah,dan perjuangan
Tanah yang memiliki banyak keberagaman
Tanah airku yang kucinta
Tanah yang tak terduga
Indahnya seperti taman firdaus
Beribu-ribu pulau
Dengan adat istiadat yang berbeda
Bahasa yang berbeda, namun tetap bersatu,dalam
Semboyan {Bhinke Tunggal Ika}
Tanah airku Indonesia, tempat tumbuh dan kembangku
Aku bangga menjadi anak Indonesia
Namamu akan selalu terselip
Dalam setiap benang-benang doaku*
Baca juga:Jatuh; Antologi Puisi Josephine Aurora Pelawi
Sembari Luka
Suara burung bunyi berisik
Menyapaku,dalam kesepian
Berongga para dewata meratap
Rintihanku yang selalu berandai-andai
Bertemu ayah….
Andai gemuruh nada sedekah
Pada rintihan luka yang bertubi-tubi
Mungkinkah hati ini tabah berziarah?
Mendoakan ayah yang telah
Menjadi arwah
Suara kecapi berisik
Utarakan rindu yang kian menyusik
Air mata bermilik berpecik
Karna duka,lara yang kian mencekik
Adakah jeritan lara menikam di dada?
Mungkinkah perih ini kian mengusik
Mungkinkah pikiran ini hanyut dan tengelam
perasaan ini hitam dan kelam?
Tanpamu hadirmu ayah. Biar,biarlah aku disini sembari
Mengobati lukakku
Borong,13 November
Oleh: Diana Multi, Penulis Lahir di Mamba 19 Mei 2001, Mahasiswa Universitas Terbuka