Oleh Oktavianus Nokar : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng
Ribuan Tanya
Nataslabar.com – Dari banyaknya waktu luangku merangkai aksara mengeja kamu
Tak kutemukan kata yang bercampur dusta
Kalimat bermakna dosa
Larik berisi luka
Semua bait sederhanaku utuh dalam makna bahagia
Aku bukanlah makhluk Tuhan yang sempurna
Aku hanya titipan pada semesta
Enggan selamanya, hanya sementara
Namun pikiranku tersandung ribuan tanya
Bagai kalimat dipenuhi tanda koma
Melangkah atau tidak
Keberadaanku sulit diakui maksudnya.
Baca juga:Bapak Antologi Puisi Karya Apri Bagung
Diksi Dalam Sepi
Dalam sepiku tak sengaja aku mencipta diksi
Kala teringat riuh suara lembut dari tutur sapamu
Ku telusuri jendela surau tua
Beliung menerjang merasuki mata
Dengan menerka, aku merawat rindu secara tiba-tiba
Dalam sepiku tak sengaja aku mencipta diksi
Kala teringat tegur sapa
Tulisan pesan singkat di media
Menjadi senjata untuk perkenalan
Di pelosok ketikan
Kita bertemu kenyamanan
Dalam sepiku tak sengaja aku mencipta diksi
Kala teringat senyuman manis darinya
Tak pernah bosan ku ukir indahnya dalam kata
Centang biru di sosial media bukanlah masalah
Bukan itu yang ku suka
Sebab diksi dalam sepiku lebih istimewa
Mengeja tentang kau yang dipuja.
Baca juga:Puisi Untuk Ibu
Suara Takdir
Suara takdir berbisik
Bercerita tentang aku, kamu yang bukan siapa
Kita tak pernah ada
Tapi takdir mempertemukan kita
Suara takdir ini mempertemukan
Suara takdir ini menyampaikan
Suara takdir ini menyembuhkan
Suara takdir ini membahagiakan.
Suara takdir ini seenaknya saja
Bagai mendung di awan
Dikala terik mentari menghangatkan badan
Tak terkira
Tak terduga
Kini aku dan kamu adalah cerita
Tidak baik untuk dikenang
Tapi bahagia untuk diceritakan dihadapan Tuhan
Kita adalah dua insan yang indah apabila disatukan
Larik-larik tentang kita takkan hilang romantisnya
Kita ada karena suara takdir selalu menyala.*